Sabtu, 16 Mei 2009

Bergabung Dengan Nur Muhammad SAW

“ Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyanyang bagi orang-orang yang mu’min”.( At-Taubah: 128 )

Umat Islam di muka bumi, dari abad ke abad, dari era ke era, serta dari priode ke priode kehidupannya, telah ribuan kali atau bahkan ratusan ribu kali – atau entahlah berapa persisnya memperingati hari kelahiran Nabi Agung Muhammad SAW, yang mereka junjung tinggi dan mereka dekap intim dalam hati karena kemuliaannya.

Setiap masyarakat Muslim, setiap kelompok, serta setiap orang mengagung – agungkannya ratusan ribu kali. Muhammad SAW tidak menjadi lapuk oleh panas hujan segala zaman. Muhammad SAW dipelihara namanya di zaman orang bertani, serta di zaman ultra modern ketika kekuatan alat informasi dan komunikasi dijadikan “Dewa”.

Muhammad SAW tidak pernah disebut “kuno”, meski kita punya Mercedes paling mutakhir, super computer serta segala jenis tekhnologi yang paling dibangga – banggakan. Muhammad SAW tidak pernah dikategorikan sebagai manusia masa silam dengan muatan nilai – nilai dekaden, meski kita telah memiliki apapun yang melambangkan pencapaian – pencapaian kontemporer.

Muhammad SAW senantiasa hadir kembali. Ia senantiasa lahir dan lahir kembali memunculkan dirinya dalam setiap konteks pemikiran, manifestasi peradaban dan kebudayaan, serta dalam setiap produk dan ungkapan kemajuan.

Muhammad SAW tidak pernah mati, kecuali darah daging dan jasadnya yang telah manunggal dengan tanah. Badan Muhammad SAW bertauhid, Jasmaninya kini telah ditransformasikan ke dalam wujud – wujud yang lebih lembut dan hakiki.

Muhammad SAW yang abadi, yang mengabadi atau yang menjadi keabadian, dan hari – hari ini melintasi kehidupan kita terbuat dari segala yang dilakukannya semasa jasmaninya hidup. Wajah beliau kini terdiri atas seluruh nilai perilakunya dulu. Cahaya wajah itu terbuat dari sujud- sujud sembahyangnya.

Badannya terbikin dari amal bajik selama terlibat menghancurkan kebudayaan jahiliyah. Kaki dan tangannya dirakit dari pahala dan jasa besar kepada umat ini yang kelak akan menolongnya memperoleh tempat paling tinggi di sisi rabbnya.

Demikian juga kita kelak. Daging kita akan rapuh, kulit mengeriput, rambut memutih, dan seluruh badan kita akan musnah menjadi debu material yang hina. Badan dan identitas kita selanjutnya akan dibentuk oleh system dari pilihan – pilihan kelakuan kita, dari kepribadian dan sikap kita, dari barang – barang yang kita amalkan atau yang kita korup, dari segala sesuatu yang kita Islamkan atau kita curi.

Islam telah memandu kita bagaimana memilih masa depan yang terbaik dan termulia. Islam membimbing kita untuk merancang jenis kemakhlukan macam apa kita akan menjadi kelak. Islam juga memberi pilihan kepada kita, apakah kita akan merekayasa diri menjadi benda setingkat debu, menjadi api dan kayu bakar penyiksa diri sendiri, atau alhamdulillah jika kita lulus menempuh perubahan dari materi menuju Cahaya yang suci. Dengan begitu kita bisa bergabung dengan Muhammad otentik, Muhammad hakiki, Nur Muhammad. Cahaya yang terpuji, asal usul inisiatif penciptaan oleh Allah.

Cahaya cikal bakal yang pada abad ke 13 diwujudkan melalui seorang laki – laki yang gencar menentang arus. Menjajakan tauhid di tengah - tengah berhala. Yang bersedia menggenggam pedang untuk mempertahankan diri dan menegakkan nilai – nilai luhur, dan yang bersedia tidur beralaskan daun kurma. Yang kalau lapar ia merasa enggan untuk meminta sehingga mengganjal perutnya dengan batu. Yang punya nilai tawar tinggi untuk berkuasa namun memilih hidup dalam kemiskinan.

Ya Rasulallah, betapa kami mencintaimu, betapa hidupmu bertaburan emas permata kemuliaan. Sehingga luapan cinta kami tak bisa dibendung oleh apapun. Dan jika seandainya cinta kami ini sungguh – sungguh, betapa tak bisa dibandingkan, karena hanya satu tingkat belaka dibawah mesranya cinta kita bersama kepada Allah SWT.

Akan tetapi tampaknya cinta kami tidaklah sebesar itu kepadamu. Cinta kami tidaklah seindah yang bisa kami ungkapkan dengan kata, kalimat, rebana, dan kasidah – kasidah. Dalam sehari – hari kehidupan kami, kami masih lebih tertarik kepada hal – hal lain.

Kami tentu akan datang ke acara peringatan kelahiranmu, ke majlis – majlis maulidmu, namun pada saat itu nanti wajah kami tidaklah seceria tatkala kami datang ke toko – toko serba ada, ke bioskop, ke pasar malam, ke tempat – tempat rekreasi dan hiburan.

Kami mengirim shalawat kepadamu seperti yang dianjurkan oleh Allah, karena Ia sendiri bersama para MalaikatNya juga bershalawat kepadamu. Namun pada umumnya itu hanya karena kami membutuhkan keselamatan diri kami sendiri.

Seperti juga kalau kami bersujud kepada Allah, kebanyakan dari kami melakukannya karena kewajiban, tidak karena kebutuhan , kerinduan atau cinta yang meluap – luap. Kalau kami berdoa, doa kami berfokus pada kepentingan pribadi kami masing - masing.

Sesungguhnya kami belum mencapai mutu kepribadian yang mencukupi untuk disebut sebagai umatmu. Ya Muhammad Sallallahu a’laika wa sallam, kami mencintaimu namun kami belum benar – benar mengikutimu. Kami masih takut dan terus menerus tergantung pada kekuasaan kecil di sekitar kami. Kami menunduk kepada benda – benda. Kami bersujud kepada uang. Dan begitu banyak hal – hal yang memalukan.

Zaman telah mengubah kami dan kami telah mengubah zaman. Namun kualitas percintaan kami kepadamu tidak kunjung meningkat. Kami semakin pandai namun kami tidak semakin bersujud. Kami semakin pintar namun kami tidak semakin berislam. Kami semakin berkembang namun kami tidak semakin berihsan.sel – sel memuai, dedaunan memuai, pohon – pohon memuai, namun kesadaran kami tidak, keinsafan kami tidak, kecintaan kami tidak.

Assholatu was-Salamu A’alika ya Rasulallah…

2 komentar:

forsansalaf 13 Juli 2009 pukul 00.45  

beb, kami undang antum untuk ikut meramaikan situs baru kami
http://www.forsansalaf.com/

Anonim 16 Januari 2011 pukul 00.02  

assallamualaikum wrwb.
bib ana minta tolong dalam hal ilmu agama,ana ingin jadi hamba allah yg d ridhoi,ana ingin menuntut ilmu tp ana gak punya modal,tp niat ana serius bib ana mau jadi apdi habib jika memang ini jalan terbaik bagi ana.ana mohon dgn sangat tolong ana bib wassallam.

wahyudiw85@yahoo.co.id